KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, meskipun banyak kendala dan
hambatan yang penulis alami selama penyusunan makalah ini.
Makalah yang mengangkat
topik “ Budidaya Kepiting “ ini, dimasudkan untuk melengkapi/menambah wawasan
penulis dan pembaca tentunya, terutama dibidang budidaya perairan, khususnya
budidaya kepiting yang sesuai dengan pembahasan dalam makalah ini.
Penulis juga
tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, baik yang terlibat
langsung maupun secara tidak langsung dalam membantu penulis untuk mengumpulkan
data sebagai bahan referensi untuk kelengkapan penyusunan makalah ini.
Pada akhirnya,
sebagai manusia biasa, kekurangan adalah hal yang wajar. Oleh karena itu masukkan untuk perbaikan
makalah ini sangat penulis harapkan dari pembaca.
Penulis,
Palu,......................2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
B.
TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.
BIOLOGI KEPITING
B.
JENIS KEPITING
C.
BUDIDAYA KEPITING
a.
Benih Kepiting
b.
Mengawinkan Induk
c.
Penetasan Telur
d.
Pemeliharaan Induk
e.
Pembesaran
f.
Pemanenan
BAB IV PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Budidaya perairan ( ikan, udang, rumput laut, dan
lain-lain ) di Indonesia telah tampak kemajuannya dalam dasawarsa terkhir
ini. Sehingga masyarakat investor
kemudian ramai-ramai membuka tambak dengan teknologi intensif yang sangat
modern secara besar-besaran.
Bagaimana dengan kepiting? Yang selama ini masih
dianggap sebagai hasil sampingan budidaya udang/bandeng, sudah saatnya mendapat
perhatian untuk di budidayakan secara lebih komersil. Mengingat kebutuhan pasar yang semakin
meningkat, sementara di sisi lain hasil penangkapan cenderung menurun.
Mengingat arus teknologi budidaya yang terus
berkembang inilah penulis mencoba membahas dalam makalah ini dengan topik “ Budidaya
Kepiting “. Mulai dari awal pemeliharaan
hingga pada saat pemanenan.
B.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk melengkapi
wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan khususnya pada budidaya
kepiting, dan bisa dijadikan pedoman
sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk membuka usaha budidaya
kepiting.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOLOGI KEPITING
Kepiting banyak ditemukan di daerah hutan bakau,
sehingga di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan kepiting bakau “ Mangrove
Crab “. Kepiting di klasifikasikan
sebagai berikut:
Ø Filum : Arthropoda
Ø Klas : Crustacea
Ø Ordo : Decapoda
Ø Famili : a. Kanthidae
b. Cancridae
c. Potamonidae
d. Portunidae
Ø Genus : Scylla
Ø Spesies : Scilla Serrata, S. Oceania, S.
Transquebarica
B. JENIS-JENIS KEPITING
Beberapa jenis kepiting yang dikenal umum antara lain:
a. Kepiting Bakau( Scylla
Serrata
)
Kepiting ini juga dikenal dengan nama ( kepiting,
kepiting hijau, atau kepiting cina ).
Ukurannya bisa mencapai lebih dari 20 cm. Sapit pada jantan lebih panjang dari pada
betina, pada jantan memiliki abdomen berbentuk lancip/segitiga sama kaki, pada
betina agak membundar dan melebar.
b. Rajungan ( Portunus
Pelegicus )
Kepiting ini berukuran 18 cm,
sapitnya kokoh, panjang, berduri-duri, pada jantan apitnya lebih panjang,
berwarna dasar kebiru-biruan dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan pada
betina dasar kehijau-hijauan dengan bercak putih agak suram
c. Kepiting Batang ( Grapsus Tenuicrisstatus )
Kepiting ini badannya relatif lebih kecil, warnanya
kehijau-hijauan dan dadanya berwarna putih, ukuran sapitnya relatif kecil bila
di bandingkan ukuran badannya.
d. Kepiting Tentara(
Muctiris Longicarpus )
Kepiting tentara “ Soldier Crab “ banyak ditemukan pada
saat air sedang surut, di daerah yang memiliki hamparan pasir yang luas.
e. Kepiting Binatu( Cica
Demani )
Kepiting binatu memiliki ukuran tubuh yang relatif
kecil dan sangat baik beradaptasi dengan lingkungan darat, warnanya mencolok (
hijau, merah, biru/biru melatik ), ukuran sapit jantan sangat besar dan tidak
seimbang dengan sapit satunya sangat kecil.
Kepiting jenis ini memiliki ciri khas, matanya yang terletak di ujung
tangkai mata.
f. Kepiting Gelenteng( Ocypoda Ceratophtihalmus )
Kepiting jenis ini memiliki kantong insang yang berisi
air, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan darat. Ukuran tubuhnya mencapai 6 cm, memiliki sapit
yang kuat.
g.
Kepiting lain-lain
· Pinotheres Palaensis
· Pinotheres Semperi
· Dromaia
· Hapalocarcinus Marsupialis
C. BUDIDAYA KEPITING
a) Benih Kepiting
Benih kepiting
dapat diperoleh dengan cara mengawinkan induk dalam bak khusus. Selain itu kepiting juga dapat di peroleh
dari hasil penangkapan di alam. Cara dan
alat yang digunakan untuk menangkap kepiting di alam adalah sebagai berikut:
Ø Banjur
Alat ini di buat dari bilah bambu
yang dihaluskan sehingga berbentuk tongkat.
Ujung bawahnya di buat runcing dan di ujung bagian atas di pasang tali
plastik serta pemberan berupa rumah kerang.
Umpan yang digunakan berupa daging ikan yang di potong-potong, di ikat
dengan tali yang telah di beri pembert, kemudian di lempar di
muara/tambak. Apabila umpan telah di
makan oleh kepiting, tarik pelan-pelan tali kemudian di tangkap dengan serok. Penangkapan dengan alat ini biassanya
menggunakan 30-60 batang banjur yang masing-masing di beri umpan.
Ø Dakkang
Alat ini di buat dari bambu dan tali plastik, satu
bilah bambu berupa tongkat kecil dengan bagian ujung bawah lancip, dan di
pasang jaring bambu lagi yang di bentuk lingkaran sebagai tempat ayaman
plastik. Umpannya berupa daging ikan, di
pasang di daerah pantai, muara, atau di pintu masuk tambak, dan dilakukan saat
air laut pasang. Apabila umpan telah di
makan, bilah bambu yang mengandung umpan akan bergerak-gerak, kemudian dakkang
di angkat dan di tangkap dengan tangan.
Seperti alat banjur, dakkang juga digunakan dalam
jumlah 30-an buah untuk setiap penangkapan.
Ø Ambau
Alat ini terdiri dari dua buah rotan sepanjang 50-60
cm yang disilangkan satu dengan yang lainnya dan di ikat bagian tengahnya,
keempat rotan di hubungkan dengan seutas tali, yang diantaranya di rentangkan
jaring dan di ujung di pasang pemberat, pada titik tengahnya di ikat seutas
tali yang di ujungnya di beri pelampung kayu.
Umpannya berupa daging ikan, yang di pasang pada
bagian bawah titik tengah persilangan rotan dan di ikat kuat-kuat, dan
pengoperasian alat ini dilakukan di pantai.
Pengangkatan ambau di awali dengan mengangkat pelampung dan menarik tali
secara pelan-pelan, kemudian sentakkan tali dengan cepat agar umpan akan segera
jatuh kedalam jaring penahan.
Ø Tongkat besi bertangkai bambu
Alat ini berupa tongkat besi, pada pangkal di buat
tangkai dari bambu sebagai pegangan, ujungnya di bengkokkan setengah
lingkaran. Pengoperasiannya di gunakan
pada daerah berhutan bakau/pinggir pantai pada sore menjelang malam.
b) Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk sebelum dan sesudah perkawinan
dilakukan di bak khusus, berupa tangki air dengan dasar berpasir dan air yang
mengalir. Tangki dibagi atas tiga bagian
dan di tempatkan dalam ruangan tertutup.
Kepadatan kepiting dalam tangki harus di atur sesuai dengan ukuran bak,
biasanya 1-3 ekor/m2, pakan berupa daging ikan, cumi-cumi, udang,
dan lain-lain.
Induk yang dipilih harus sehat dan aktif bergerak, dan
memiliki masa telur bersatu, membulat, berwarna orange-kuning, dan bebas dari
organisme yang menempel, agar mendapatkan kepiting baru yang berkualitas.
c)
Mengawinkan Induk
Mengawinkan induk dilakukan di bak, yang ukuran dan
ketinggian airnya terkontrol, dasar bak pemijahan diisi dengan pasir. Setiap sapit kepiting di potong kukunya untuk
menghindari terjadinya kanibalisme ( penyerangan ), selama berpasangan kepiting
betina akan berganti kulit dan mengeras kembali, kemudian terjadi
pembuahan. Telur yang telah di buahi
akan di keluarkan di substrat pasir di sekitar abdomen, sedikit-sedikit telur di
kumpulkan kembali oleh induk betina dengan bantuan kaki jalan dan ditata pada
wadah telur oleh kaki renang.
Pada proses pengumpulan telur, induk betina akan
mengeluarkan zat perekat sehingga telur tersebut dapat melengket pada wadah
telur. Untuk meningkatkan jumlah telur,
dapat dilakukan dengan mengablasi mata, kemudian di keluarkan semua cairan yang
ada didalamnya, setelah itu di rendam dalam larutan antibiotik untuk
menghindari infeksi.
d) Penetasan Telur
Telur biasanya menetas setelah 9-11 hari setelah
dikeluarkan, sehingga induk di pindahkan ke tangki penetasan yang berbentuk
kerucut 500 1. Keesokan harinya telur
tersebut akan menetas. Selama dalam
tangki penetasan induk tidak perlu diberi makan.
e) Pemeliharan Larva
Jumlah larva bergantung pada ukuran induk kepiting
yang dikawinkan. Larva yang berbeda
induknya tidak bisa dipelihara dalam satu wadah, karena saat moulting ( ganti
kulit ) berlainan akan terjadi kanibalisme.
Mutu air dalam wadah harus dijaga,
agar larva bisa tumbuh dengan cepat. Setelah
larva menjadi zoea, setiap hari air diganti 10%-nya, setelah menjadi megalop
diganti menjadi 20-50%. Cahaya yang
masuk ke bak pemeliharaan juga harus tidak terlalu terang karena akan menggangu
perkembangan larva, untuk mengatasinya perlu dimasukkan Chlorella secukupnya,
karena berfungsi memperkecil pencahayaanyang berlebihan dan merupakan makanan
Rotifera, dimana rotifra adalaah pakan bagi larva kepiting. Selain rotifera, juga diberikan pakan berupa
artemia agar larva tumbuh baik, dengan pemberian dua kali/hari.
Larva yang sudah menyerupai kepiting
dewasa, pakan diberikan berupa daging udang-udangan secukupnya. Untuk mempercepat proses dekomposisi
sisa-sisa pakan/bahan organik lainnya, maka dilengkapi dengan aerator.
f) Pembesaran
Pembesaran dalam budidaya kepiting ini dilakukan
dengan berbagai tipe, antara lain:
1. Pembesaran kepiting ala Thailand
Pembesaran metode ini, penebaran benih dilakukan hanya
sekali, pada saat awal usaha pembesaran dimulai. Ukuran benihnya 100 gr/ekor, jumlah yang
ditebar 2 ekor/m2, pakan yang diberikan ikan racuh sebanyak 0.5%
dari total ukuran kepiting. Proses
penggantiannya tergantung pada pasut, apabila air pasang air dimasukkan ke
kolam, dan pada surut air kolam dikeluarkan.
2. Pembesaran di tambak bambu
Pembesaran metode ini
ukuran benih 250-300 gr, dan kepadatan yang ditebar300-400 kg/ha. Pakan yang diberikan adalah cincangan iakn
rucah atau pakan buatan, yang ditaruh dalam ancol. Pemberiannya 3-5% dari total berat kepiting,
dan lama pemeliharaannya 20-30 hari sampai panen. Pada metode ini Chlorella banyak di tumbuhkan
di kolam agar mengatur intensitas cahaya.
Mutu air juga perlu dijaga, salinitasnya harusberkisar 26-34 promil, PH
airnya 7.2-7.8, dan suhu air 24-270c.
3. Pembesaran di keramba bambu
Pembesaran metode ini ukuran benihnya 250-300 gr/ekor,
setiap kotak bambu hanya diisi 1 ekor kepiting dengan pakan yang diberikan ikan
rucah/pakan buatan dengan dosis 3-5% dari bobot kepiting, masa pemeliharannya
20-30 hari, dimana tergantung pada bobot benih yang digunakan.
4. Pembasaran di jaring apung
Pembesaran metode ini dilakukan dengan mengisi 1
jarimg dengan 90-100 ekor, pakannya berupa cincangan ikan rucah yang diberikan
setiap hari dengan dosis 3-5% dari bobot benih kepiting, lama pemeliharaannya
15 hari.
f)
Pemanenan
Bila kepiting sudah mencapai ukuran
konsumsi ( 3 ekor/kg ), sudah bertelur penuh,maka siap dipanen. Pada proses pemanenan hendaknya tidak ada
aliran air yang masuk, agar kepiting tampak dan mudah di tangkap dengan
tangan/serok. Kepiting yang telah di tangkap, di ikat tali dari pelepah
pisang dan dimasukkan kedalam keranjang.
Dengan cara ini kepiting dapat hidup 5-7 hari dalam udara basah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usaha pembudidayaan kepiting dapat dilakukan dengan
cara-cara tertentu yang sudah banyak di terapkan oleh petani-petani
budidaya. Kepiting juga memilikimprospek
yang sangat menjanjikan, karena dapat mendatangkan keuntungan, karena
permintaan kepiting mengalami peningkatan sebesar 10.4%/tahun.
B. Saran
Bagi para penbudidaya khususnya untuk usaha budidaya
kepiting ini, sebaiknya lebih di komersilkan karena mengingat prospek ke depan
dari usaha ini cukup menguntungkan untuk masa yang akan datang, dimana
permintaannya dari tahun-ketahun makin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Soim, A .,1996. Pembesaran Kepiting.
PT. Penebar Swadaya, Jakarta
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007. Profil Perikanan Budidaya
Indonesia. PT. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Jakarta
Kordi K.,M.G.H.,1996. Budidaya
Kepiting dan Ikan Bandeng Di tambak Sistem Polikultur. PT. Dahara Prize,
Semarang
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
menyediakan bio aqua untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
LigaPoker Bandar Judi Online Terpercaya di Era Milenial #ligapoker #Ligapoker #Lpkiukiu #ligapkr #bandarQ #bandarjudionline #merakqq #sakong #capsasusun #ligapoker3665
BalasHapus