Jumat, 04 Mei 2012

budidaya kepiting

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, meskipun banyak kendala dan hambatan yang penulis alami selama penyusunan makalah ini.
Makalah yang mengangkat topik “ Budidaya Kepiting “ ini, dimasudkan untuk melengkapi/menambah wawasan penulis dan pembaca tentunya, terutama dibidang budidaya perairan, khususnya budidaya kepiting yang sesuai dengan pembahasan dalam makalah ini.
Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, baik yang terlibat langsung maupun secara tidak langsung dalam membantu penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan referensi untuk kelengkapan penyusunan makalah ini.
Pada akhirnya, sebagai manusia biasa, kekurangan adalah hal yang wajar.  Oleh karena itu masukkan untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan dari pembaca.


                                        Penulis,

                                          Palu,......................2010






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I     PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
B.       TUJUAN

BAB II    PEMBAHASAN
A.      BIOLOGI KEPITING
B.       JENIS KEPITING
C.       BUDIDAYA KEPITING
a.        Benih Kepiting
b.       Mengawinkan Induk
c.        Penetasan Telur
d.       Pemeliharaan Induk
e.        Pembesaran
f.         Pemanenan

BAB IV   PENUTUP
A.    KESIMPULAN
B.     SARAN

DAFTAR PUSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN


A.                Latar belakang
Budidaya perairan ( ikan, udang, rumput laut, dan lain-lain ) di Indonesia telah tampak kemajuannya dalam dasawarsa terkhir ini.  Sehingga masyarakat investor kemudian ramai-ramai membuka tambak dengan teknologi intensif yang sangat modern secara besar-besaran.
Bagaimana dengan kepiting? Yang selama ini masih dianggap sebagai hasil sampingan budidaya udang/bandeng, sudah saatnya mendapat perhatian untuk di budidayakan secara lebih komersil.  Mengingat kebutuhan pasar yang semakin meningkat, sementara di sisi lain hasil penangkapan cenderung menurun.
Mengingat arus teknologi budidaya yang terus berkembang inilah penulis mencoba membahas dalam makalah ini dengan topik “ Budidaya Kepiting “.  Mulai dari awal pemeliharaan hingga pada saat pemanenan.

B.                Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan khususnya pada budidaya kepiting, dan bisa dijadikan pedoman  sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk membuka usaha budidaya kepiting.













BAB II
PEMBAHASAN


A. BIOLOGI KEPITING
Kepiting banyak ditemukan di daerah hutan bakau, sehingga di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan kepiting bakau “ Mangrove Crab “.  Kepiting di klasifikasikan sebagai berikut:
Ø Filum    : Arthropoda
Ø Klas       : Crustacea
Ø Ordo      : Decapoda
Ø Famili    : a. Kanthidae
                 b. Cancridae
                 c. Potamonidae
                 d. Portunidae
Ø Genus    : Scylla
Ø Spesies  : Scilla Serrata, S. Oceania, S. Transquebarica

B.  JENIS-JENIS KEPITING
Beberapa jenis kepiting yang dikenal umum antara lain:
a.   Kepiting Bakau( Scylla Serrata )
Kepiting ini juga dikenal dengan nama ( kepiting, kepiting hijau, atau kepiting cina ).  Ukurannya bisa mencapai lebih dari 20 cm.  Sapit pada jantan lebih panjang dari pada betina, pada jantan memiliki abdomen berbentuk lancip/segitiga sama kaki, pada betina agak membundar dan melebar.

b.  Rajungan ( Portunus Pelegicus )
Kepiting ini berukuran 18 cm, sapitnya kokoh, panjang, berduri-duri, pada jantan apitnya lebih panjang, berwarna dasar kebiru-biruan dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan pada betina dasar kehijau-hijauan dengan bercak putih agak suram

c.     Kepiting Batang ( Grapsus Tenuicrisstatus )
Kepiting ini badannya relatif lebih kecil, warnanya kehijau-hijauan dan dadanya berwarna putih, ukuran sapitnya relatif kecil bila di bandingkan ukuran badannya.
d.  Kepiting Tentara( Muctiris Longicarpus )
Kepiting tentara “ Soldier Crab “ banyak ditemukan pada saat air sedang surut, di daerah yang memiliki hamparan pasir yang luas.

e.   Kepiting Binatu( Cica Demani )
Kepiting binatu memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil dan sangat baik beradaptasi dengan lingkungan darat, warnanya mencolok ( hijau, merah, biru/biru melatik ), ukuran sapit jantan sangat besar dan tidak seimbang dengan sapit satunya sangat kecil.  Kepiting jenis ini memiliki ciri khas, matanya yang terletak di ujung tangkai mata.

f.      Kepiting Gelenteng( Ocypoda Ceratophtihalmus )
Kepiting jenis ini memiliki kantong insang yang berisi air, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan darat.  Ukuran tubuhnya mencapai 6 cm, memiliki sapit yang kuat.

g.     Kepiting lain-lain
·     Pinotheres Palaensis
·     Pinotheres Semperi
·     Dromaia
·     Hapalocarcinus Marsupialis

C.  BUDIDAYA KEPITING
a)  Benih Kepiting
 Benih kepiting dapat diperoleh dengan cara mengawinkan induk dalam bak khusus.  Selain itu kepiting juga dapat di peroleh dari hasil penangkapan di alam.  Cara dan alat yang digunakan untuk menangkap kepiting di alam adalah sebagai berikut:
Ø Banjur
Alat ini di buat dari bilah bambu yang dihaluskan sehingga berbentuk tongkat.  Ujung bawahnya di buat runcing dan di ujung bagian atas di pasang tali plastik serta pemberan berupa rumah kerang.  Umpan yang digunakan berupa daging ikan yang di potong-potong, di ikat dengan tali yang telah di beri pembert, kemudian di lempar di muara/tambak.  Apabila umpan telah di makan oleh kepiting, tarik pelan-pelan tali kemudian di tangkap dengan serok.  Penangkapan dengan alat ini biassanya menggunakan 30-60 batang banjur yang masing-masing di beri umpan.
Ø Dakkang
Alat ini di buat dari bambu dan tali plastik, satu bilah bambu berupa tongkat kecil dengan bagian ujung bawah lancip, dan di pasang jaring bambu lagi yang di bentuk lingkaran sebagai tempat ayaman plastik.  Umpannya berupa daging ikan, di pasang di daerah pantai, muara, atau di pintu masuk tambak, dan dilakukan saat air laut pasang.  Apabila umpan telah di makan, bilah bambu yang mengandung umpan akan bergerak-gerak, kemudian dakkang di angkat dan di tangkap dengan tangan.
Seperti alat banjur, dakkang juga digunakan dalam jumlah 30-an buah untuk setiap penangkapan.
Ø Ambau
Alat ini terdiri dari dua buah rotan sepanjang 50-60 cm yang disilangkan satu dengan yang lainnya dan di ikat bagian tengahnya, keempat rotan di hubungkan dengan seutas tali, yang diantaranya di rentangkan jaring dan di ujung di pasang pemberat, pada titik tengahnya di ikat seutas tali yang di ujungnya di beri pelampung kayu.
Umpannya berupa daging ikan, yang di pasang pada bagian bawah titik tengah persilangan rotan dan di ikat kuat-kuat, dan pengoperasian alat ini dilakukan di pantai.  Pengangkatan ambau di awali dengan mengangkat pelampung dan menarik tali secara pelan-pelan, kemudian sentakkan tali dengan cepat agar umpan akan segera jatuh kedalam jaring penahan.
Ø Tongkat besi bertangkai bambu
Alat ini berupa tongkat besi, pada pangkal di buat tangkai dari bambu sebagai pegangan, ujungnya di bengkokkan setengah lingkaran.  Pengoperasiannya di gunakan pada daerah berhutan bakau/pinggir pantai pada sore menjelang malam.

b)    Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk sebelum dan sesudah perkawinan dilakukan di bak khusus, berupa tangki air dengan dasar berpasir dan air yang mengalir.  Tangki dibagi atas tiga bagian dan di tempatkan dalam ruangan tertutup.  Kepadatan kepiting dalam tangki harus di atur sesuai dengan ukuran bak, biasanya 1-3 ekor/m2, pakan berupa daging ikan, cumi-cumi, udang, dan lain-lain.
Induk yang dipilih harus sehat dan aktif bergerak, dan memiliki masa telur bersatu, membulat, berwarna orange-kuning, dan bebas dari organisme yang menempel, agar mendapatkan kepiting baru yang berkualitas.
c)     Mengawinkan Induk
Mengawinkan induk dilakukan di bak, yang ukuran dan ketinggian airnya terkontrol, dasar bak pemijahan diisi dengan pasir.  Setiap sapit kepiting di potong kukunya untuk menghindari terjadinya kanibalisme ( penyerangan ), selama berpasangan kepiting betina akan berganti kulit dan mengeras kembali, kemudian terjadi pembuahan.  Telur yang telah di buahi akan di keluarkan di substrat pasir di sekitar abdomen, sedikit-sedikit telur di kumpulkan kembali oleh induk betina dengan bantuan kaki jalan dan ditata pada wadah telur oleh kaki renang.
Pada proses pengumpulan telur, induk betina akan mengeluarkan zat perekat sehingga telur tersebut dapat melengket pada wadah telur.  Untuk meningkatkan jumlah telur, dapat dilakukan dengan mengablasi mata, kemudian di keluarkan semua cairan yang ada didalamnya, setelah itu di rendam dalam larutan antibiotik untuk menghindari infeksi.

d)  Penetasan Telur
Telur biasanya menetas setelah 9-11 hari setelah dikeluarkan, sehingga induk di pindahkan ke tangki penetasan yang berbentuk kerucut 500 1.  Keesokan harinya telur tersebut akan menetas.  Selama dalam tangki penetasan induk tidak perlu diberi makan.

e)  Pemeliharan Larva
Jumlah larva bergantung pada ukuran induk kepiting yang dikawinkan.  Larva yang berbeda induknya tidak bisa dipelihara dalam satu wadah, karena saat moulting ( ganti kulit ) berlainan akan terjadi kanibalisme.
Mutu air dalam wadah harus dijaga, agar larva bisa tumbuh dengan cepat.  Setelah larva menjadi zoea, setiap hari air diganti 10%-nya, setelah menjadi megalop diganti menjadi 20-50%.  Cahaya yang masuk ke bak pemeliharaan juga harus tidak terlalu terang karena akan menggangu perkembangan larva, untuk mengatasinya perlu dimasukkan Chlorella secukupnya, karena berfungsi memperkecil pencahayaanyang berlebihan dan merupakan makanan Rotifera, dimana rotifra adalaah pakan bagi larva kepiting.  Selain rotifera, juga diberikan pakan berupa artemia agar larva tumbuh baik, dengan pemberian dua kali/hari.
Larva yang sudah menyerupai kepiting dewasa, pakan diberikan berupa daging udang-udangan secukupnya.  Untuk mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa pakan/bahan organik lainnya, maka dilengkapi dengan aerator.

f)  Pembesaran
Pembesaran dalam budidaya kepiting ini dilakukan dengan berbagai tipe, antara lain:
1.  Pembesaran kepiting ala Thailand
Pembesaran metode ini, penebaran benih dilakukan hanya sekali, pada saat awal usaha pembesaran dimulai.  Ukuran benihnya 100 gr/ekor, jumlah yang ditebar 2 ekor/m2, pakan yang diberikan ikan racuh sebanyak 0.5% dari total ukuran kepiting.  Proses penggantiannya tergantung pada pasut, apabila air pasang air dimasukkan ke kolam, dan pada surut air kolam dikeluarkan.
2.  Pembesaran di tambak bambu
Pembesaran metode ini  ukuran benih 250-300 gr, dan kepadatan yang ditebar300-400 kg/ha.  Pakan yang diberikan adalah cincangan iakn rucah atau pakan buatan, yang ditaruh dalam ancol.  Pemberiannya 3-5% dari total berat kepiting, dan lama pemeliharaannya 20-30 hari sampai panen.  Pada metode ini Chlorella banyak di tumbuhkan di kolam agar mengatur intensitas cahaya.  Mutu air juga perlu dijaga, salinitasnya harusberkisar 26-34 promil, PH airnya 7.2-7.8, dan suhu air 24-270c.
3.  Pembesaran di keramba bambu
Pembesaran metode ini ukuran benihnya 250-300 gr/ekor, setiap kotak bambu hanya diisi 1 ekor kepiting dengan pakan yang diberikan ikan rucah/pakan buatan dengan dosis 3-5% dari bobot kepiting, masa pemeliharannya 20-30 hari, dimana tergantung pada bobot benih yang digunakan.
4.  Pembasaran di jaring apung
Pembesaran metode ini dilakukan dengan mengisi 1 jarimg dengan 90-100 ekor, pakannya berupa cincangan ikan rucah yang diberikan setiap hari dengan dosis 3-5% dari bobot benih kepiting, lama pemeliharaannya 15 hari.
f)      Pemanenan
Bila kepiting sudah mencapai ukuran konsumsi ( 3 ekor/kg ), sudah bertelur penuh,maka siap dipanen.  Pada proses pemanenan hendaknya tidak ada aliran air yang masuk, agar kepiting tampak dan mudah di tangkap dengan tangan/serok. Kepiting yang telah di tangkap, di ikat tali dari pelepah pisang dan dimasukkan kedalam keranjang.  Dengan cara ini kepiting dapat hidup 5-7 hari dalam udara basah.
BAB IV
PENUTUP


A. Kesimpulan
Usaha pembudidayaan kepiting dapat dilakukan dengan cara-cara tertentu yang sudah banyak di terapkan oleh petani-petani budidaya.  Kepiting juga memilikimprospek yang sangat menjanjikan, karena dapat mendatangkan keuntungan, karena permintaan kepiting mengalami peningkatan sebesar 10.4%/tahun.

B.  Saran
Bagi para penbudidaya khususnya untuk usaha budidaya kepiting ini, sebaiknya lebih di komersilkan karena mengingat prospek ke depan dari usaha ini cukup menguntungkan untuk masa yang akan datang, dimana permintaannya dari tahun-ketahun makin meningkat.




















DAFTAR PUSTAKA


Soim, A .,1996. Pembesaran Kepiting. PT. Penebar Swadaya, Jakarta

Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007. Profil Perikanan Budidaya        Indonesia. PT. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Jakarta

Kordi K.,M.G.H.,1996. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng Di tambak Sistem Polikultur. PT. Dahara Prize, Semarang

2 komentar:


  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan bio aqua untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus
  2. LigaPoker Bandar Judi Online Terpercaya di Era Milenial #ligapoker #Ligapoker #Lpkiukiu #ligapkr #bandarQ #bandarjudionline #merakqq #sakong #capsasusun #ligapoker3665

    BalasHapus