TUGAS
PENGARUH
PENGERINGAN
TERHADAP SIFAT
FISIK-KIMIA RUMPUT LAUT
(Eucheuma cottonii)
Oleh :
EKA
AJI PRAMITA
PROGRAM STUDI TEGNOLOGI
HASIL PERIKANAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN
KELAUTAN (STPL) PALU
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini, meskipun banyak kendala dan hambatan yang
penulis alami selama penyusunan makalah ini
Proposal yang mengangkat topik “
pengaruh pengeringan terhadap sifat fisik-kimia rumput laut (eucheuma cottonii) “ ini, dimaksudkan
untuk melengkapi/menambah wawasan penulis dan pembaca tentunya, terutama di
bidang biologi perikanan khususnya proses thermal yang sesuai dengan pembahasan
dalam makalah ini.
Penulis juga tak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak, baik yang terlibat langsung maupun secara
tidak langsung dalam membantu penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan
makalah ini.
Pada akhirnya, sebagai manusia biasa
kekurangan adalah hal yang wajar. Oleh
karena itu masukkan untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan dari
pembaca.
Penulis,
Palu, desembar 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….1
1.1
Latar
Belakang………………………………………………………………1
1.2
Tujuan ……………………………………………………………………….1
1.3
Kegunaan……………………………………………………………………1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………..2
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………….4
3.1 Pengolahan Tepung Karaginan…………………………………………..4
3.2 Proses Penurunan Kualitas Tepung Karaginan………………………..4
3.3 Pengaruh Pengeringan Rumput Laut……………………………………5
3.4 Perubahan Fisik –Kimia Rumput Laut Dalam
Proses Pengeringan….7
BAB IV
PENUTUP……………………………………………………………………..8
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………8
5.2 Saran………………………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Rumput laut atau sea weeds sangat populer dalam dunia perdagangan. Dalam dunia ilmu
pengetahuan rumput laut dikenal sebagai algae. rumput laut sudah lama dikenal dan
dimanfaatkan oleh manusia, yaitu sejak zaman kekaisaran Shen Nung sekitar tahun 2700 sebelum masehi (SM). Pada masa itu
masyarakat di Timur telah memanfaatkannya sebagai obat-obatan dan sebagai bahan
makanan, sedangkan pada zaman kekaisaran Romawi tahun 65 (SM), rumput laut
telah dikenal sebagai alat atau bahan kecantikan (Aslan, 1998).
Di perairan Indonesia hampir semua
jenis rumput laut tumbuh dan tersebar, seperti alga hijau, alga coklat, alga
merah. Pusat-pusat penyebaran rumput laut diantaranya perairan Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, dan Kepulauan
Maluku. Dari beragam jenis rumput laut indonesia tersebut, terdapat beberapa
jenis yang bernilai ekonomis dan telah diperdagangkan sejak dahulu, baik untuk
konsumsi domestik maupun ekspor.
Selain itu, rumput laut juga memberi
nilai tambah rumah tangga. Tepung karaginan,
misalnya, dibuat dari jenis eucheuma
cottonii yang berguna bagi kesehatan karena dapat memperlancar sistem
pencernaan makanan, disamping banyak mengandung vitamin dan mineral. Pada
pengolahan tepung karaginan ada dikenal beberapa
proses, diantaranya proses pengeringan, dimana pada proses ini akan
mempengaruhi sifat fisik dan kimia rumput laut.
1.2.
Tujuan
Tujuan
makalah ini adalah untuk mengetahui perubahan fisik dan kimia rumput laut
khususnya pengolahan tepung karaginan
pada saat proses pengeringan.
1.3.
Kegunaan
Kegunaan
yang diharapkan dari makalah ini antara lain sebagai data dan sumber informasi
baru bagi mahasiswa khususnya mengenai rumput laut (eucheuma cottonii) yang diolah menjadi tepung karaginan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Deskripsi Rumput Laut
Menurut Afriyanto dan liviawaty
(1993), umumnya rumput laut banyak dijumpai didaerah yang mempunyai perairan
agak dangkal. Kondisi perairan yang sangat disukai oleh rumput laut adalah
berpasir, berlumpur, atau campuran antara pasir dan lumpur. Banyak pula rumput
laut yang dapat tumbuh dengan cara menempel pada batu karang yang telah mati
dan kerang. Daerah penyebarab rumput laut jenis eucheuma sp diperairan indonesia adalah: Kepulauan Banggai, Togian,
P. Dua, dan P.Tiga (Sulawesi Tengah), P. Seram Timur, Selat Alas Sumbawa (Departemen
Kelautan dan Perikanan, 2008).
2.2. Aspek
Biologi Rumput Laut (eucheuma cottonii)
Ciri fisik eucheuma cottonii adalah mempunyai tallus silindris, permukaan
licin. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau
kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi karena faktor
lingkungan.
Habitat rumput laut jenis eucheuma cottonii yaitu memerlukan sinar
matahari untuk proses fotosintesis, oleh karena itu rumput laut jenis ini hanya
mungkin hidup pada lapisan fotik. Akan tetapi rumput laut jenis ini akan hidup
baik bila jauh dari muara sungai.
2.3.
Komposisi Kimia Rumput Laut (eucheuma
cottonii)
Tabel
1. Komposisi kimia rumput (eucheuma
cottonii)
No.
|
komponen
|
Jumlah
(%)
|
1
2
3
4
5
|
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
kasar
abu
|
2,80
1,78
68,48
7,02
19,92
|
Sumber:
Luthfy (1988) dalam Syamsuar (2007)
2.4. Karaginan
Syamsuar (2007), menjelaskan bahwa
karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dari ester kalium,
natrium, magnesium, dan kalsium sulfat dengan galaktosa dan 3,6
anhydrogalaktocopolimer. Karaginan dapat diperoleh dari hasil pengendapan
dengan alkohol, pengeringan dengan alat (drum
drying) dan pembekuan.
Karaginan merupakan getah rumput
laut yang diperoleh dari hasil ekstraksi rumput laut merah dengan menggunakan
air panas atau larutan alkali pada temperatur tinggi (Glicksman 1983 dalam Jasuda net,2008). Kappa karaginan
dihasilkan dari rumput laut jenis eucheuma cottonii, iota-karaginan dihasilkan
dari eucheuma spinosum dan eucheuma striatum menghasilkan lambda
karaginan.
Ketiga macam karaginan ini dibedakan
karena sifat jeli yang terbentuk. Iota karaginan berupa jeli lembut dan
fleksibel atau lunak, Kappa karaginan jeli bersifat kaku serta keras, Sedangkan
lambda karaginan tidak dapat membentuk jeli tetapi berbentuk cair.
Dari ketiga tipe karaginan,
kappa-karaginan yang paling banyak digunakan dalam aplikasi pangan. Rumput laut
kering diolah menjadi tepung untuk di ekspor dan sebagian untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Sari Karaginan juga dipergunakan untuk pembuatan “dessertgel” semacam agar untuk hidangan
penutup makan.
Kegunaan karaginan antara lain
sebagai pengatur keseimbangan, bahan pengental, pambentuk gel. Karaginan
digunakan dalam beberapa industri, antara lain:
ü Makanan: pembuatan
kue,roti,dll
ü Farmasi: pasta gigi, dan
obat-obatan
ü Kosmetik: tekstil, dan cat
2.5. Sifat
Fisik-Kimia Tepung Karaginan
2.5.1. Sifat
Fisik Tepung Karaginan
A. Kelarutan
Menurut
selasa, 2002, semua bentuk karaginan larut dalam air panas yang bersuhu di atas
750c. Bentuk kappa dan iota tidak larut dalam air suling yang
bersuhu 200c, sedangkan lambda larut dalam air. Kecepatan dan daya
larut karaginan dalam air dipengaruhi oleh faktor yang penting yaitu suhu dan
waktu pemprosesannya.
B. Viskositas
Viskositas
adalah daya aliran molekul dalam sistem larutan. Viskositas dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu konsentrasi karaginan, temperatur, jenis karaginan, berat
molekul dan adanya molekul-molekul lain (Towle 1973 ; FAO 1990 dalam Jasuda net, 2008). Jika konsetrasi
karaginan meningkat maka viskositasnya akan meningkat secara logaritmik (Jasuda,
2008).
C. Pembentuk Gel
Menurut
Fardiaz (1989) dalam Syamsuar (2007), pembentukan gel adalah suatu fenomena
penggabungan atau pengikatan silang rantai-rantai polimer sehingga terbentuk
suatu jala tiga dimensi bersambungan. Gel memiliki sifat seperti padatan,
khususnya sifat elastis dan kekakuan.
2.5.2. Sifat Kimia Tepung Karaginan
A. Kadar Air
Menurut Winarno
dalam Andriani (2006). Air merupakan
salah satu faktor penentu dalam proses produksi baik dalam industri pangan
maupun industri lainnya. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,
dan cita rasa pada bahan pangan. (Winarno, 1997 dalam Wiryadi, 2007). Kadar air yang tinggi perlu dikurangi agar
terhindar dari mikroba, kapang, dan serangga, sehingga memperpanjang masa
simpannya (Sudiaman, 1990 dalam Andriani,
2006).
B. Kadar Abu
Nilai
kadar abu suatu bahan pangan menunjukkan besarnya jumlah mineral yang
terkandung dalam bahan pangan tersebut (apriantono dkk, 1989). Kadar abu berhubungan
dengan mineral suatu bahan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengolahan
Tepung Karaginan
Rumput laut merupakan
produk perikanan yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan salah
satunya adalah tepung karaginan. Rumput laut yang dipakai untuk bahan tepung karaginan harus memiliki kualitas yang bagus. Kualitas
dari rumput laut ditentukan dari saat proses panen, cuaca
cerah saat penjemuran akan menjamin kualitas rumput laut yang baik.
Proses produksi karaginan pada dasarnya terdiri atas penyiapan bahan baku,
ekstrasi karaginan dengan menggunakan bahan pengekstrak, pemurnian,
pengeringan, dan penepungan. Penyiapan bahan baku meliputi proses pencucian
rumput laut untuk menghilangkan pasir, garam mineral, dan benda asing yang
masih melekat pada rumput laut. Ekstrasi karaginan dilakukan dengan menggunakan
air panas atau larutan alkali panas.
Produksi karaginan antara lain:
Ø Rumput laut dicuci dengan air tawar kemudian dikeringkan sampai kadar air
menjadi 15-25%.
Ø Rumput laut kering diekstraski dengan di tambah air panas dan kalsium
hidrosida atau natrium hidroksida.selama ekstraksi terjadi penghancuran dan
hasilnya berupa pasta.
Ø Pasta selanjutnya dimasukan ketangki atau bejana dan di panaskan selama 24
jam pada suhu 90-950c.
Ø Setelah itu di pindahkan ke tangki lain dan di panaskan selama 24 jam pada
suhu 90-950c.
Ø Setelah mendidih disaring dengan filter ait atau tanah diatomea. Hasilnya
disaring lagi dengan filter pres.
Ø Filtrat yang dihasilkan dipompa kedalam tangki yang berisi isopropil
alkohol adan akan didapatkan serat karaginan.
Ø Serat karaginan dipres, kemudian dicuci dengan alkohol segar dan dipres
lagi.
Ø Lembaran karaginan yang didapat di keringkan dengan rotari dryer. Untuk
mendapatkan tepung karaginan lembaran tersebut digiling.
Pengeringan karaginan basa dapat dilakukan dengan oven atau penjemuran.
Pengeringan menggunakan oven dilakukan pada suhu 600c , kemudian
karaginan kering tersebut ditepugkan, diayak, distandarisasi, dan dicampur.
Kemudian dikemas dalam wadah yang tertutup rapat.
3.2. Proses Penurunan Kualitas Tepung Karaginan.
Pada proses penurunan kualitas tepung rumput
laut dapat dilihat dari kadar air dalam tepung tersebut. Kadar air yang tinggi
perlu dikurangi agar terhindar dari mikroba, kapang, dan serangga sehingga
memperpanjang masa simpannya (Sudiaman, 1990). Hal ini disebabkan karena
rumput laut yang diambil sebelum pengeringan adalah rumput laut basah yang
langsung diambil dari laut, sehingga memiliki kandungan air yang cukup banyak.
Kualitas tepung ditentukan oleh jenis bahan
bakunya, penyimpanan bahan baku sejak mulai dibawa dari laut sampai pabrik
pengolahan dan cara pengolahannya. Jenis bahan baku dan proses produksi tepung
akan mempengaruhi kadar protein dan lemak tepung tersebut. Sedangkan
kesegarannya ditentukan oleh cara penyimpanan bahan baku rumput laut segar
sampai dengan rumput laut tersebut diolah menjadi tepung.
Selain bahan baku yang segar, penurunan mutu tepung rumput dapat dilihat dari proses pengemasan. Produk tepung rumput laut dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan.
Selain bahan baku yang segar, penurunan mutu tepung rumput dapat dilihat dari proses pengemasan. Produk tepung rumput laut dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan.
Penurunan mutu tepung rumput laut dapat
dilihat juga dari bau, rasa, dan warna yang telah berubah. Tepung yang berbau
tengik dan warna yang agak kekuningan merupakan tanda perubahan mutu dari
tepung rumput laut tersebut.
Benda asing seperti jamur, serangga, dll tidak diperbolehkan ada dalam tepung, sehingga apabila terdapat benda asing tersebut, maka kualitas tepung rumput laut menurun.
Benda asing seperti jamur, serangga, dll tidak diperbolehkan ada dalam tepung, sehingga apabila terdapat benda asing tersebut, maka kualitas tepung rumput laut menurun.
Kandungan KimiaTepung karaginan (Eucheumacottonii)
Parameter Nilai
Kadar air(%) 1,42 ± 0,01
Kadar abu(%) 4,67 ± 0,02
Kadar protrein(%) 2,15 ± 0,03
Kadar lemak(%) 0,16 ± 0,02
Kadar karbohidrat(%) 91,61 ± 0,06
Serat pangan tidak larut(%) 27,58 ± 0,13
Serat pangan larut(%) 40,60 ± 0,33
Serat pangan total(%) 68,18 ±0,46
Ydium (µg/g) 3,86 ± 0,01
Sumber : Rahayu 2005
Parameter Nilai
Kadar air(%) 1,42 ± 0,01
Kadar abu(%) 4,67 ± 0,02
Kadar protrein(%) 2,15 ± 0,03
Kadar lemak(%) 0,16 ± 0,02
Kadar karbohidrat(%) 91,61 ± 0,06
Serat pangan tidak larut(%) 27,58 ± 0,13
Serat pangan larut(%) 40,60 ± 0,33
Serat pangan total(%) 68,18 ±0,46
Ydium (µg/g) 3,86 ± 0,01
Sumber : Rahayu 2005
3.3. Pengaruh
Pengeringan Rumput Laut
Pada pengeringan yang tidak sempurna
menyebabkan permukaan talus terbentuk lendir dan garam-garam yang setelah
kering nanti akan meningkatkan sifat higrokopisnya, sehingga memudahakan
terbentuknya jamur. Jamur merupakan cacat yang serius pada rumput laut yang
disimpan, karena jamur akan merusak permukaan talus, bau tidak enak, sehingga
tidak layak lagi sebagai bahan mentah produk olahan. Sehingga warnanya berubah
menjadi kusam.
Ketidaksesuaian pada
prosedur pengeringan yang dilakukan diatas pasir, plesteran semen
atau waring berdiamater 1 cm sebagai alas juga meningkatkan peluang terjadinya kontaminasi
kotoran (terutama pasir). Untuk lebih jelasnya,
ditunjukkan pada Gambar berikut:
Gambar 1. Prosedur Pengeringan Rumput Laut Eucheuma cottonii Yang Tidak
Sesuai : (a) Diatas Pasir (b) dan (c) Plesteran Semen (d)
Waring
Gambar 2. Prosedur Pengeringan Rumput Laut Yang Baik
(a)
Metode Para-Para, (b) Metode Gantung
Prosedur
pengeringan yang baik adalah dengan menggunakan metode para-para atau gantung,
dapat menghasilkan rumput laut dengan kualitas yang lebih baik (bersih, kering
dan berat) serta waktu pengeringan yang lebih singkat (1 - 3 hari) (Anonymousm, 2008)
3.4.
Perubahan Fisik –Kimia Rumput Laut Dalam Proses Pengeringan
Perubahan fisik rumput laut pada
tahap pengeringan seperti kelarutan, viskositas, pembentuk gel persentasinya
(%) akan meningkat , sedangkan untuk perubahan kimianya seperti kadar air akan
berkurang karena mengalami proses pengeringan dan penjemuran. Untuk kadar
abunya akan berkurang
presentasinya. semakin
banyak kadar abu suatu bahan maka akan semakin banyak kandungan mineralnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat
ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
Ø bahwa proses pengeringan dapat
mempengaruhi sifat fisik- kimia dari karaginan itu sendiri.
Ø Pengolahan produksi karaginan
yang sesuai akan dapat meningkatkan kualitas produk itu sendiri.
Ø proses penjemuran atau
pengeringan rumput laut(eucheuma cottonii)
yang tidak sesuai juga dapat mempengaruhi kualitas produk dari karaginan.
4.2.
saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan dari makalah ini
adalah untuk menghasilkan produk karaginan yang berkualitas sebaiknya harus
memperhatikan proses produksinya, selain itu pada proses pengeringan sebaiknya
di lakukan dengan waktu yang sesuai.
DAFTAR
PUSTAKA
Indriani Hety dan Suminarsi Emi, 2003. Budidaya, pengolahan,
dan pemasaran rumput laut.
Penebar Swadaya. Jakarta
Andriani Dian,
2007. pengolahan rumput laut
(Eucheuma cottonii) menjadi tepung atc (Alkali Treated Carrageenophyte) dengan
jenis dan konsentrasi larutan alkali yang berbeda dalam Http://google.com dan Http:// yahoo.com
Jurnal Penelitian Medika
Eksakta Vol. 3 No. 1 April 2002: 89-104http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/TEKNOLOGI%20MIE%20INSTAN.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar